Kisah Pilu Bidan Aryanti, Korban Banjir Bandang Magelang yang Kehilangan Seluruh Keluarganya!


Liputanviva - Tatapan mata Aryani Rahayu masih nampak kosong. Dia begitu irit bicara.  Matanya begitu sembab.

Kondisi tubuhnya juga ngedrop. Dia masih dirawat intensif di RSUD Tidar Kota Magelang.  Aryani mungkin merasa masih seperti mimpi. Kejadian yang berlangsung hanya lima menit itu menghilangkan segala yang dia miliki. Sebagian harta benda, dan juga keluarga.

Ya, dalam sekejap dia harus kehilangan semuanya. Dia masih tak percaya, banjir bandang menerjang dan merobohkan polindes yang dia huni bersama suami dan anak anaknya itu.

Hari harinya, kini akan semakin kalut. Suaminya Catur Deni firmanto, 34 dan dua anaknya Fayat Zaidan, 5, dan balita Nisma, meninggal dalam kejadian memilukan ini.

“Ketika peristiwa itu terjadi saya hanya ingat kepada Allah. Ya Allah ambil saya dalam kondisi khusnul khotimah (bagus), anak saya keduanya meninggal, suami juga rewang saya (pembantu) pun meninggal tertimbun puing puing rumah, saya hanya pasrah dan terus berdo’a,” ungkap lirih.

Tim SAR dan gabungan menemukan suami dan anak anaknya serta pembantunya sudah dalam kondisi tidak bernyawa. Tertimbun reruntuhan polindes tempat mereka tinggal.

Aryani sendiri selamat setelah dia berhasil keluar dari Rumah dan ditemukan oleh warga dalam keadaan selamat. Dia mengalami luka-luka akibat benturan.

Ketika ditemui di RSUD Kota Magelang, dia mengatakan banjir bandang yang terjadi tanggal 29 April 2017 sekitar pukul 15.00 wib terjadi begitu cepat. Pada saat itu Aryati terpisah dengan suami dan kedua orang anaknya.

“Kami sudah siap siap mau pulang ke Secang,suaminya saya sudah memanasi mobil kami tetapi tiba-tiba banjir iru datang dengan cepatnya sehingga kami tidak bisa menghindar lagi,” katanya.

Tanpa disadari ia berada di bawah tumpukan material bangun dalam keadaan lengan kanan kiri terjepit reruntuhan tembok. “Pada saat itu saya sudah mengira pasti akan mati, saya benar-benar merasakan sakarotul maut dengan menghirup dan meminum lumpur, serta air banjir itu,” ungkapnya.

Seperempat jam kemudian setelah kejadian tersebut  suara kentongan warga berbunyi, korban yang terjebak berteriak meminta pertolongan, tetapi tiba tiba warga berteriak takbir, dan ternyata ada banjir susulan yang datang.

“Air terus naik,posisi saya terjepit,saya semakin susah bernafas karena terdesak air dan material lumpu,saya pikir sudah yakin pasti mati saya. tetapi ternyata air Cuma berhenti sampai bahu saja”, terangnya sambil menahan air mata yang menetes.

Aryanti berhasil diselamatkan setelah bertahan di reruntuhan selama hampir 3 jam. Tim SAR yang bergerak cepat dibantu dengan warga berhasil mengeluarkan Aryanti ,dimana sebelumnya dibawah reruntuhan Aryanti juga sempat mendapat bantuan oksigen dari alat yang diberikan tim SAR.

“Ketika peristiwa itu terjadi saya hanya ingat kepada Allah. Ya Allah ambil saya dalam kondisi khusnul khotimah (bagus), anak saya keduanya meninggal, suami juga rewang saya (pembantu) pun meninggal tertimbun puing puing rumah, saya hanya pasrah dan terus berdo’a,” ungkap lirih.

Aryanti juga sempat berpesan kepada kami untuk menulis pesannya agar ditulis dalam media.

“Menjadi manusia harus selalu ingat kepada Allah, kembalilah kepada Al-Qur’an dan Hadits. Kita ini kecil bagi Allah, suami dan anak anak saya itu hanya titipan, harta saya itu juga hanya titipan semuanya milik Allah. Sedih si pasti namanya juga ditinggal orang yang dicintai, tapi kita harus sadar bahwa itu takdir Allah maka saya pun harus tunduk dan ikhlas pada-Nya,” pesan Aryanti.

Sumber: Borobudurnews.com

Subscribe to receive free email updates: